Sabtu, 04 Juni 2011

halaman 5 distosia gawat janin

GAWAT JANIN


1.    PENGERTIAN GAWAT JANIN

Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia (kurang oksigen) pada janin. Tanpa oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi (perlambatan) lanjut pada kontraksi uterus.. Bila hipoksia menetap, glikolisis (pemecahan glukosa) anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun.

  1. DIAGNOSIS
Gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakan gawat janin. Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala yang subyektif. Seringkali indikator gawat janin yang pertama adalah perubahan dalam pola denyut jantung janin (bradikardia, takikardia, tidak adanya variabilitas atau deselerasi lanjut). Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat atau kontraksi uterus yang hipertonik atau ketiganya secara keseluruhan dapat menyebabkan asfiksia (kegagalan nafas adequate pada menit-menit pertama kelahiran) janin. 

  1. ETIOLOGI
1)          Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasentadalam waktu   
         singkat) 
a)      Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan   
      pemberian oksitosin 
b)      Hipotensi ibu, anestesi epidural, kompresi vena kava, posisi terlentang, perdarahan
      ibu. 
c)      Solusio plasenta, abrupsio 
d)     Plasenta previa dengan perdarahan 
2)         Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu
        lama) 
a)         Penyakit hipertensi 
b)        Diabetes mellitus
c)         Isoimunisasi Rh 
d)        Postmaturitas atau dismaturitas 
e)         Kompresi (penekanan) tali pusat 
f)         Anestesi blok paraservikal 

  1. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemantauan denyut jantung janin: pencatatan denyut jantung janin yang segera dan kontinyu dalam hubungan dengan kontraksi uterus memberikan sutu penilaian kesehatan janin yang sangat membantu selama persalinan. Akselerasi periodic pada gerakan janin merupakan ketenangan dari reaktifitas janin yang normal.

  1. INDIKASI KEMUNGKINAN GAWAT JANIN
1)          Bradikardi.
         Denyut jantung janin kurang dari 120 denyut per menit 
2)          Takikardi
        Akselerasi denyut jantung janin yang memanjang (>160) dapat dihubungkan dengan demam
      pada ibu yang sekunder terhadap infeksi intrauterine. Prematuritas atropine juga dihubungkan
      dengan denyut jantung janin yang meningkat. 
3)          Variabilitas denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti depresi system saraf otonom janin oleh medikasi ibu (atropine , skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium dan analgesic narkotik) 
4)          Pola deselerasi.
Deselerasi lanjut menunjukkan hipoksia janin disebabkan oleh insufisiensi uteriplasenter. Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksi uterus adalah lebih sering dan muncul untuk menunjukkan kompresi sementara waktu  dari pembuluh darah umbilicus.
Peringatan tentang peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi lanjut, penurunan atau tiadanya variabilitas, bradikardia yang menetap dan pola gelombang sinus. 
5)          Ph darah janin.
Contoh darah janin memberikan informasi yang objektif tentang status asam basa janin. Pemantauan janin secara elektronik dapat menjadi begitu sensitive terhadap perubahan-perubahan dalam denyut jantung janin dimana gawat janin dapat diduga bahkan bila janin itu dalam keadaan sehat dan hanya memberi reaksi terhadap stress dari kontraksi uterus selam persalinan.
Oleh karena itu, pengukuran pH kapiler janin dikombinasikan dengan pemantauan denyut jantung janin memberikan kesehatan janin yang dapat dipercaya dari pemantauan denyut jantung janin sendiri. 
Contoh darah janin diindikasikan bilamana pola denyut jantung janin abnormal latau kacau memerlukan penjelasan pH kulit kepala yang lebih besar dari 7,25 adalah normal. pH kulit kepala yang kurang dari 7,20 menandakan hipoksia janin dengan asidosis. Persiapan kelahiran segera dilakukan. Kecuali kelahiran pervaginam sudah dekat, seksiosesaria dianjurkan. 
6)        Mekonium dalam cairan amnion
Keluarnya mekonium kemungkinan peringatan adanya asfiksia janin.  Para ahli kebidanan mengatakan bahwa deteksi mekonium selama persalinan menimbulkan masalah dalam memprediksi asfiksia atau gawat janin.
Penjelasan patologis menyatakan bahwa janin mengeluarkan mekonium sebagai respons terhadap hipoksia, dengan demikian mekonium merupakan tanda gawat janin. (Walkeerr, 1953).  Mekonium yang kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan amnion yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan lebih cepat dan penanganan mekonium pada saluran nafas atau neonatus untuk mencegah aspirasi mekonium.

  1. PENATALAKSANAAN DAN PENDIDIKAN PASIEN
Prinsip-prinsip umum: 
1)          Bebaskan setiap kompresi tali pusat 
2)          Perbaiki aliran darah uteroplasenter 
3)          Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada fakjtor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan. 
Langkah-langkah khusus : 
1)     Posisi ibu diubah dari posisi terlentang ke posisi lateral sebagai usaha
 untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran
 darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan
 dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
2)         Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter per menit sebagai
  usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal. 
3)        Oksitosin dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke ruang intervilli. 
4)        Hipotensi dikoreksi dengan infuse intravena dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat. Transfusi darah dapat diindikasikan pada syok hemoragik. 
5)        Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan persalinan. Elevasi kepala janin secara lembut dapat merupakan suatu prosedur yang bermanfaat. 
6)        Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar